Rabu, 21 Desember 2011

SUSUNAN BADAN PENGURUS CABANG PEGURUAN WALI SUCI INDONESIA KUTAI TIMUR PEROIDE 2007-2012

Pengurus Cabang Perguruan Wali Suci Indonesia Kabupaten Kutai Timur  Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Surat Keputusan Badan Pengurus Wilayah Perguruan Wali Suci Indonesia Provinsi Kalimantan Timur Nomor : 021/SK/BPW/WS-KT/X/2007 , memutuskan Susunan Badan Pengurus Cabang Perguruan Wali Suci Indonesia Cabang Kabupaten Kutai Timur Masa Bakti 2007-2012 sebagai Berikut :

Penanggung Jawab Perguruan : Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali

Penasehat  : Ir.Ismunandar, MT.
                 : Drs.H. Hamzah Nyonri
                 : Narhawi Dg.Rewa

Guru Muda  : Abbas Husaini, M.Pd.

Ketua                                     : Zulkarnaen, A.Md.
Sekretaris                               : Yajis Paggasa, M.Si.
Bendahara                              : Lallo
Koordinator Pelatihan              : Bambang Sucipto
Koordinator Penamatan           : Arfis
Koordinator Humas                 : Mursalim
Koordinator Organisasi            : Irfan Nur
Koordinator Dana dan Usaha   : Muhiddin, SE, Ak.

SUSUNAN PENGURUS PUSAT PERGURUAN WALI SUCI INDONESIA

Berdasarkan Surat Keputusan Maha Guru Nomor : 01/MG/VII/2005 tentang Susunan Pengurus Pusat Perguruan Wali Suci Indonesia yang berpusat di Bogor adalah sebagai berikut :

Ketua                                     : GM. Ir. H. Tri Wibowo
Sekretaris 1                            : Dr. Pratomo, SH, MMA.
Sekretaris 2                            : Untung Haryono, S.Si.
Bendahara 1                           : Sunarko
Bendahara 2                           : Bimo Surono, SE, MM.
Ketua Bidang Program           : GM.Ir. Endro Subiandono
Ketau Bidang Pengembangan : Dr.Ir.H.Widada, MM.

Alamat Sekretarian Pusat :
Kompleks BPPB Blok L No. 12 Bogor
Telp/Fax (0210) 631049

Senin, 12 Desember 2011

SEJARAH PERKEMBANGAN WALI SUCI DI KUTAI TIMUR



Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali bersama Guru Muda Marhabi (Alm.) dan
H. Mahdar Ketua Pengurus Komisariat Perguruan Wali Suci Indonesia  Kecamatan Sangkulirang Kabupaten Kutai Timur  pada acara peresmian komisariat tahun 1991

Keberadaan Perguruan Wali Suci Indonesia di Kalimantan Timur sudah berkembang pada awal tahun 80-an. Bahkan perkembangan awal perguruan ini di Indonesia dimulai ketika Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali berdomisili di Tanjung Selor, dan pada tahun 1981 dengan nama Persatuan Seni Budaya Bela Diri Pencak Silat Wali Suci Indonesia yang berpusat di Tanjung Selor - Tarakan, dan mendapat pengakuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor pendaftaran : 09/II 26.6/Lt-1981. Kemudian dalam sejarah perjalananya pidah ke Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan.

Samarinda sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan sebagai pusat pengembangan Wali Suci di Kalimantan Timur pada dekade tahun 90-an  telah melahirkan beberapa Guru Muda yang bertugas sebagai pembina anggota dan mengembangkan perguruan. Perkembangan Wali Suci di Kota Samarinda ternyata berpengaruh luas sampai ke berbagai Kabupaten di wilayah Kalimantan Timur, dan hampir seluruh kabupaten  telah berdiri cabang organisasi sebagai wadah pengembangan dan pembinaan anggota.

Kabupaten Kutai Timur sebagai wilayah pemekaran pada tahun 1999 dari induk Kabupaten Kutai, juga mendapatkan imbas  dari pengembangan Perguruan Wali Suci Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya komisariat di tingkat Kecamatan, yaitu Sangkulirang. Dan Sangatta yang dulu hanya sebagai kecamatan juga terdapat puluhan anggota Wali Suci, walaupun belum terorganisir seperti di Kecamatan Sangkulirang.

Peresmian Komisariat Perguruan Wali Suci Indonesia Kecamatan Sangkulirang oleh Maha Guru sendiri pada tanggal 27 Desember 1991 adalah tonggak awal pengembangan perguruan di daerah ini. Walaupun sebelum diresmikan, perkembangannya sudah dimulai sejak tahun 80-an dan hampir berbarengan dengan Kota Samarinda. Pengembangan perguruan dan pembinaan anggota dilakukan oleh Guru Muda Marhabi dengan jumlah mencapai 200-an anggota aktif pada saat itu. Ketua Wali Suci Ranting Sangkulirtang H. Mahdar melakukan berbagai berbagai kegiatan perguruan ditingkat kecamatan, dan tidak ketinggalan pula perguruan ini turut berpartisipasi dalam berbagai even kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.

Setelah pemekaran daerah, maka Kecamatan Sangkulirang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kutai Timur, dan Sangatta sebagai ibu kota kabupaten. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa perkembangan Wali Suci di Sangatta juga membanggakan, walaupun pembinaan anggota belum sistematis, sebab belum ada Guru Muda yang defenitif. Status keanggotaan perguruan ini terdiri dari berbagai latar belakang daerah, artinya para anggota yang ada di Sangatta pada saat itu berasal dari cabang lain yang telah ditamatkan ditempat lain, walaupun terdapat beberapa anggota yang ditamatkan di Sangatta. Sebagian anggota yag ditamatkan di Sangatta sendiri dilakukan oleh Guru Muda Tumanggong, dimana pada saat itu beliau sebenarnya adalah Guru Muda tetap yang berdomisili di Polewali-Mandar, Sulawesi Barat. Namun karena beliau intens mengunjungi keluarganya di Sangatta maka kesempatan ini dilakukan untuk mengembangkan perguruan di daerah ini. Kendati demikian minat masyarakat semakin meningkat untuk bergabung menjadi bagian dari perguruan Wali Suci.

Dengan melihat kondisi di atas, maka menjadi alasan para anggota Wali Suci yang ada di daerah ini untuk menata perguruan secara organisatoris dengan mendirikan cabang perguruan di Kabupaten Kutai Timu, dengan harapan pembinaan dan perkembangan organisasi bisa terarah sebagaimana tujuannya. Inisiatif awal bermula dari Abbas Husaini untuk menghubungi anggota senior dalam hal ini adalah Firdaus Tjeke dan Narhawi Dg. Rewa untuk segera menghimpun anggota untuk melakukan pertemuan awal. Maka pada Ahad malam tanggal 29 Desember 2002 jam 19.00 diadakanlah rapat pembentukan kepengurusan cabang di rumah Narhawi Dg. Rewa Jl. Maninjau G.House 24 Swarga Bara, Sangatta Baru.  Tindak lanjut dari pertemuan tersebut adalah diterbitkannya Surat Keputusan dari Badan Pengurus Wilayah Perguruan Wali Suci Indonesia Kalimantan Timur dengan Kepengurusan Cabang Kutai Timur yang menetapkan Abbas Husaini sebagai Ketua umum dan Narhawi Dg. Rewa sebagai Sekretaris umum masa bakti tahun 2003-2007.

Dengan berdirinya Badan Pengurus Cabang Perguruan Wali Suci Indonesia Kabupaten Kutai Timur, maka perkembangan perguruan semakin pesat, walaupun penamatan dasar bagi anggota baru dilakukan oleh Guru Muda yang didatangkan dari Kota Samarinda. Peran serta Guru Muda Drs.H.A.Mahmud ZA dan Guru Muda Eddy Agra Putra untuk senantiasa meluangkan waktu untuk datang ke Sangatta adalah langkah awal kepengurusan cabang ini berkiprah membina dan pengembangkan perguruan.

Pada bulan Agustus tahun 2007 Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali secara resmi melantik  Abbas Husaini sebagai Guru Muda untuk mengembangkan dan membina anggota Badan Pengurus Cabang Perguruan Wali Suci Indonesia di Kabupaten Kutai Timur, dan pada tahun yang sama regenerasi pengurus cabang dilanjutkan oleh Zulkarnain sebagai ketua umum dan Yajis Paggasa sebagai sekretaris umum masa bakti tahun 2007-2012. Momentum inilah yang sampai saat ini menjadi bagian dari berbagai kegiatan yang terus dilakukan perguruan untuk terus memajukan Wali Suci hingga kini. Bahkan Wali Suci turut membesarkan Ikatan Pencak Silat Indonsia dengan mengisi jajaran pengurus IPSI Kabupaten Kutai Timur dan berperan serta dalam berbagai kegiatan turnamen kejuaraan pencak silat.

Sabtu, 10 Desember 2011

SEJARAH WALI SUCI DI LUAR NEGERI

Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali dalam sebuah acara
peresmian Perguruan Wali Suci Malaysia tahun 1978


Pada awal tahun 1968 beliau mulai memperkenalkan Wali Suci di negara bagian Johor tepat di kawasan Batu Pahat. Dalam waktu relatif singkat perkembangan Wali Suci ini merebak dengan pesat dan diminati orang sehingga menguasai seluruh daerah Malaysia Barat, mulai kawasan kota maupun bagian pelosok-pelosok perkampungan.




Tepatnya hari Ahad tanggal 24 Juli 1977 setelah mendapat mandat kelulusan dari Pejabat Pertubohan Malaysia, diresmikan secara besar-besaran oleh pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Belia dan Sukan Malaysia Datuk Samad Bin Idris dengan nama : Pertubohan Seni Beladiri Wali Suci Malaysia, dengan nomor registry No. Pendaftaran : 1847/Selangor Mengikut Seksyen 12 Perlembagaan Kerajaan Malaysia.

Pada tahun 1978 diresmikan lagi di Negeri Sabah Malaysia oleh Menteri Kebudayaan Belia dan Sukan YB. Datuk Pangiran Othman Rauf di padang Bola Sampurna Tawau, di hadiri oleh puluhan ribu anggota Pencak Silat Wali Suci dan simpatisan yang ingin menyaksikan peresmian dan atraksi ilmu Pencak Silat Wali Suci.





Satu tahun setelah diresmikan di Negeri Sabah, berikutnya yakni pada tahun 1979 Pertubohan Seni Beladiri Wali Suci Malaysia diresmikan di Sandakan tepat di daerah Cawangan oleh Peaker Dewan Negeri Sabah Datuk Haji Mohammad Sunoh Marso. Dengan maraknya kegiatan Pertubohan Seni Beladiri Wali Suci Malaysia di negeri Jiran yang memiliki ratusan ribu anggota, maka dibentuklah pusat kegiatan kepengurusan organisasi dan penerapan ilmu beladiri di kota Kuala lumpur untuk selanjutnya mengkoordinir 39 cabang yang tersebar luas di berbagai kawasan Kerajaan Malaysia.

Perkembangan Pencak Silat Wali Suci selanjutnya marak di Filipina pada tahun 1980. H. Andi Muhammad Bahtiar Polewali dalam perjalanannya mengembangkan ilmu Pencak Silat Wali Suci di Filipina dibantu oleh dua Guru Muda yaitu Ustadz Galwas Abao dan Ustadz Haji Muhammad Jamaluddin, sehingga mendapat sambutan hangat dari masyarakat utamanya di kawasan Zamboanga City, Basilan, Sibutu, Sitangkai dan Pulau Moro (Mindanao).

Pada tahun 1981 H. Andi Muhammad Bahtiar Polewali dan rombongan berangkat ke India dan menyebarkan Wali Suci, atas undangan Tn. Chikku Pokker Haji atas nama Partai Kongres India Muslim Edakkara Fatianivas dan Kerla, sehingga pada saat itu anggotanya mencapai kurang lebih 5000 orang. Bahkan sampai di Pakistan atas undangan Tn.Muhammad Ashraf dan mendapat simpati orang lain dan jumlah anggotanya kurang lebih 900 orang.

Tahun 1982 perkembangan Pencak silat Wali Suci merambah negara Mesir. Di Kota Cairo oleh duta Wali Suci Ustadz Galwash Abao dari Filipina. Pada tahun yang sama dikirim pula duta dari Brunei Darussalam Guru Muda Ustadz Ali Todrang. Sedangkan untuk Libya Pada tahun 1982 dipilih duta Guru Muda Pertama dari kaum wanita adalah lulusan Al Ashar University Hajjah Zainab Binti Muhammad Jamaluddin dari Zamboanga City Filipina.


Jumat, 09 Desember 2011

RIWAYAT SINGKAT HAJI ANDI BAHTIAR POLEWALI

Haji Andi Bahtiar Polewali pada tahun 1977 di Malaysia
Haji Andi Bahtiar Polawali Petta Rilangi lahir di Panincong Kecamatan Mario Riawa Batu-Batu Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan pada tahun 1937. Ia di didik dan dibesarkan di lingkungan saoraja (keraton/istana Raja) yang sarat dengan aturan sistem adat dan tradisi ketat kerajaan. Bittara adalah nama yang disematkan ketika masih kecil, namun setelah kemerdekaan maka nama beliau didaftarkan di sekolah dengan nama Andi Bahtiar Polewali. Dikarenakan beliau aktif dalam dunia Supranatural Internasional maka oleh para praktisi paranormal mengenal beliau dengan nama Ki Ageng Kertakencana.
Haji Andi Muhammad Bahtiar Polewali adalah keturunan Raja Panincong (Bugis-Soppeng), dari garis keturunannya dapat dilacak dengan bukti silsilah kerajaan Bugis yang di tanda-tangani oleh beberapa raja-raja di Soppeng dan dilegitimasi oleh Sulbestuur dari kerajaan Hindia Belanda di Leiden. 

Pada usia belia sudah menjadi agen surat kabar di Tanjung Periuk (Jakarta) , pada tahun 1958 pindah ke Jambi bekerja sebagai karyawan pabrik keramik, kemudian menjadi tenaga pengajar dan Kepala Sekolah SD jambi. Pindah ke Kuala Tungkal dan menjadi karyawan CV Haji Manda dan PT. Sepakat. Setelah keliling dari pulau Sumatra. Tahun 1962 Andi Bahtiar Polewali  hijrah ke Jakarta dan kawasan Jawa Barat. Di sana ia membuka praktek Konsultasi Kebatinan dan pengobatan alternatif dengan nama : Penyembuhan di Jalan Allah. Di samping mengobati berbagai penyakit secara besar-besaran di lapangan dengan gratis, ia juga mengajarkan ilmu Wali Suci kepada umat Islam yang berminat menekuni dan menjadi Maha Guru Wali Suci.

Maha Guru 
Haji Andi Bahtiar Polawali keliling Asia mengembangkan Wali Suci, baik Asia Tenggara meliputi Negara Malaysia (1966), Singapura (1966) Brunei Darussalam (1969), Filipina maupun Negara Bagian India (1981), Pakistan (1981). 

Tepat tanggal 30 Juli 1977 Maha Guru 
Haji Andi Bahtiar Polawali mendapat mandat kelulusan dari Pejabat Pertubohan Malaysia untuk menyebarkan Wali Suci dan diresmikan secara besar-besaran oleh pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Belia dan Sukan Malaysia Datuk Samad Bin Idris dengan nama : Pertubohan Seni Beladiri Wali Suci Malaysia, dengan nomor Registry No. Pendaftaran : 1847/Selangor Mengikut Seksyen 12 Perlembagaan Kerajaan Malaysia. Kemudian berturut berturut-turut diresmikan di Sabah pada tahun 1978 dan di Sandakan pada tahun 1979.


Pada tahun 1981 Maha Guru kembali ke Indonesia mengembangkan dan membentuk Persatuan Seni Budaya Bela Diri Pencak Silat Wali Suci Indonesia yang berpusat di Tanjung Selor. Selanjutnya 

pada tanggal 27 Desember 1984 H. Andi Bahtiar Polewali bersama beberapa pengurus lainnya pengembangkan Wali Suci dan secara resmi  berdiri di Pare-Pare, Sulawesi Selatan sebagai pusat kepengurusan di Indonesia, kemudian selanjutnya  pengurus pusat dipindahkan di Kota Makassar (Ujung Pandang). Pada tahun 1990 Maha Guru menetap di Bogor dan memindahkan pusat perguruan ini ke sana sampai sekarang, dan pada tahun 2005 ini namanya diganti menjadi Perguruan Wali Suci Indonesia, kemudian pada tahun 2020 atas Keputusan KEMENKUMHAM Republik Indonesia Nomor AHU-0009153.AH. 01.07 Tahun 2020 nama perguruan berubah menjadi Seni Bela Diri Wali Suci
Tepat pada hari Sabtu, 27 April 2019 jam 09.00 pagi beliau meninggal dunia di Bogor, dan dimakamkan di Pemakaman Umum Astana Giri  Baranangsiang, Kec. Bogor Tim., Kota Bogor, Jawa Barat. Almarhum meninggalkan dua Istri ; Hj. Suyani dan Hj. Sribudi Sayekti dan 13 anak, yaitu ; Hj. Andi Dewi Sari Bahtiar, S.Sos, M.Si., Andi Sophian Bahtiar, S.E., Andi Rina Herlina, Andi Andriani, Dr. Anita, Andi Datin Hardyanti, S.Kom., Andi Agung Putra, S.Kom., Andi Muhammad Arian, Andi Lenny Utaminingtyas, SE., Andi Ayuningtyas, B.BA., Andi Shafira Tenripada, Andi Rahmina Pratiwi, Andi Rahmalia Kumala.
(Dikutip dari : ABBAS HUSAINI K : "Aspek Mistik Dalam Wacana Kebudayaan, Suatu Analisis Deskriptif pada Perguruan Seni Budaya Beladiri Pencak Silat Wali Suci Indonesia di Kota Makassar". Thesis Magister Konsentrasi Studi Antropologi Universitas Negeri Makassar, 2001).

Kamis, 08 Desember 2011

SEJARAH SINGKAT WALI SUCI


Pengazas Wali Suci ; Haji Andi Bahtiar Polewali Petta Rilangi


Perguruan ini didirikan oleh Haji Andi Bahtiar Polewali Petta Rilangi sebagai pengazas dengan gelar Maha Guru Wali Suci dan pertama kali dikembangkan pada tanggal 12 Pebruari 1960 di Sumatra (Pulau Bengkalis) kemudian di Jakarta. Di Kota Jakarta inilah nama Wali Suci mulai dikenal secara formal sebagai Biro Konsultasi Kebatinan Wali Suci. Seiring dengan hijrahnya Haji Andi Bahtiar Polwali ke Malysia bersama keluarga, maka selanjutnya berkembangan Wali Suci pesat di Malaysia (mulai tahun 1968 sampai sekarang). Tepatnya hari Ahad tanggal 24 Juli 1977 setelah mendapat mandat kelulusan dari Pejabat Pertubohan Malaysia, diresmikan secara besar-besaran oleh pemerintah melalui Menteri Kebudayaan Belia dan Sukan Malaysia Datuk Samad Bin Idris dengan nama : Pertubohan Seni Beladiri Wali Suci Malaysia, dengan nomor registry No. Pendaftaran : 1847/Selangor Mengikut Seksyen 12 Perlembagaan Kerajaan Malaysia.

Nama Perguruan Wali Suci Indonesia sebagai sebuah perguruan Pencak Silat sebelumnya bernama Persatuan Seni Budaya Bela Diri Pencak Silat Wali Suci Indonesia yang berpusat di Tanjung SelorTarakan, dan mendapat pengakuan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor pendaftaran : 09/II 26.6/Lt-1981. 

Haji Andi Bahtiar Polewali bersama H.Usman Balo  dan para Guru Muda
serta Pengurus Pusat Wali Suci Indonesia di Pare-Pare tahun 1986

Kemudian resmi berdiri di Pare-Pare, Sulawesi Selatan sebagai Pusat Kepengurusan pada tanggal 27 Desember 1984 yang didirikan oleh H. Andi Bahtiar Polewali bersama beberapa pengurus lainnya kemudian dikelola secara organisatoris dan mendapat pengakuan dari IPSI dalam SK PENGDA IPSI Sul-Sel No. 59/CA/IPSI. SS.V/89, telah terdaftar pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No.263/B dengan nama Perguruan Seni Budaya Beladiri Pencak Silat Wali Suci Indonesia . 

Kemudian perguruan ini sekarang berkedudukan di Kota Bogor dan pada tahun 2005 ini namanya diganti menjadi Perguruan Wali Suci Indonesia. Perkembangannya hingga kini melebarkan sayapnya ke seluruh Indonesia dan sampai ke luar negeri (Asia dan Afrika) tersebar di : Brunai Darussalam, Singapura, Malaysia Barat dan Malaysia Timur (Sabah), Filipina Selatan, Pakistan (Lahore), India (Kerla, Fatimanivas, Edakkara), Libya dan Mesir.

Adapun Pengurus Pusat Perguruan Wali Suci Indonesia berkedudukan di Kota Bogor dan terdiri dari beberapa  Pengurus Wilayah ditingkat provinsi dan Pengurus Cabang ditingkat kabupaten, serta Pengurus Ranting ditingkat Kecamatan yang tersebar di seluruh Indonesia dan belahan negara-negara Asia.

Maha Guru Andi Sophian Bahtiar, SE.

Tepat pada hari Ahad tanggal 4 Agustus 2019 di Hotel Bukit Kenari Kota Pare Pare, Sulawesi Selatan diselenggarakan  Musyawarah Nasional Guru Muda Wali Suci sekaligus dirangkaikan peringatan 100 hari  wafatnya Haji Andi Bahtiar Polewali Petta Rilangi. Pada kegiatan tersebut secara resmi dideklarasikan Andi Sophian Bahtiar, SE selaku ahli waris sebagi Maha Guru Wali Suci yang dihadiri oleh para Guru Muda seluruh Indonesia dan Malaysia. 

Pada tahun 2020 setelah mendapatkan legalitas hukum atas Keputusan KEMENKUMHAM Republik Indonesia Nomor AHU-0009153.AH.ak01.07 Tahun 2020, maka nama perguruan berubah menjadi Seni Bela Diri Wali Suci. 



Rabu, 07 Desember 2011

ARTI LAMBANG


Lambang Perguruan Wali Suci seluruh dunia berbentuk sebuah lingkaran dan berwarna lima macam ke arah pusat lingkaran serta berisikan bintang lima berwarna hijau maya, bertuliskan Laailaha Illallah Muammadarasulullah.



Warna lambang Perguruan Wali Suci Indonesia dan pengertiannya adalah sebagai berikut :

1.     Warna Hitam berarti kekokohan dan ketabahan dalam mempertahankan ideologi Negara republik Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
2.    Warna Merah berarti berani dan konsekuen mempertahankan kebenaran.
3.    Warna Kuning berarti lambang kewaspadaan dalam mengembangkan dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia.
4.    Warna Hijau berarti lambang kesuburan dan perdamaian dalam persahabatan untuk membina persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia.
5.    Warna Putih berarti kesucian yang berfungsi mengendalikan ke empat lambang warna Hitam, Merah, Kuning dan Hijau sebagaimana tersebut di atas.
6.   Bintang Lima berwarna Hijau Maya dan  bertuliskan Laailaha Illallah Muammadarasulullah berarti bahwa anggota Perguruan Wali Suci Indonesia adalah insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(Dikutip dari : "Buku Pedoman Pelatihan dan Penamatan PS.Wali Suci Indonesia", Bogor 1999)

Selasa, 06 Desember 2011

JENJANG PEMBELAJARAN

Peragaan Jurus Bintang Lima Wali Suci di Lapangan Swarga Bara Sangatta-Kutai Timur

1. Tamat Tingkat Dasar
Level awal ini adalah proses penerimaan dan pengamalan ilmu-ilmu dasar dalam Wali Suci, serta pembinaan fisik dengan pelatihan Jurus Dasar (palapas) dan penguasaan gerakan jurus Bintang Lima. Disamping itu penjabaran Tujuh Kewajiban anggota Wali Suci adalah hal yang paling utama dalam menjiwai segala aktivitas kehidupan manusia.
2. Tamat Tingkat Payung Waliyullah
Level kedua ini adalah proses pelatihan mental dan fisik dalam menerapkan ilmu kedigjayaan Jurus Bintang Lima dalam diri pribadi maupun pengaruhnya kepada orang lain, serta penguasaan beberapa teknik pengobatan dan persiapan ke jenjang Tamat Tingkatan Tinggi yaitu Tingkat Payung Rasulullah.
3. Tamat Tingkat Payung Rasulullah
Level ketiga ini lebih menekankan pada pengamalan kebathinan secara khusus, melalui proses pelatihan mental spiritual. Disini juga ditekankan penguasaan pengobatan tingkat tinggi untuk membantu orang lain.
4. Tauliah Guru Muda (Pelantikan Guru Muda)
Pada level ini anggota Wali Suci sudah masuk dalam program guru, yaitu seseorang yang sudah dilantik langsung oleh Maha Guru menjadi Guru Muda (GM) bisa menurunkan ilmu Dasar atau menamatkan anggota pada level Dasar (Tamat Tingkat Dasar), dan Guru Muda Metafisika (GMM) adalah guru yang diserahi amanah untuk menurunkan ilmu Tingkat Tinggi selevel asma-asma, sedangkan guru yang sudah dilantik Maha Guru menjadi Guru Muda Senior (GMS) bisa menamatkan Tingkat Payung Waliyullah dan Payung Rasulullah, serta mengajarkan berbagai bidang keilmuan dalam perguruan. Disamping itu tugas seorang Guru Muda adalah menjadi khalifah Maha Guru dalam membina anggota Wali Suci dalam bentuk fisik, mental, dan spiritual.

Senin, 05 Desember 2011

TUJUAN DAN PENANGGUNG JAWAB AJARAN WALI SUCI


TUJUAN PERGURUAN WALI SUCI INDONESIA


PERGURUAN WALI SUCI INDONESIA bertujuan membantu pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dan kegiatan olah raga sebagai sarana pembinaan kesehatan jasmani dan rokhani dalam rangka memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan memperkokoh jiwa kesatuan nasional demi tercapainya masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 
Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali


PENANGGUNG JAWAB AJARAN 

DAN GURU-GURU DI PERGURUAN WALI SUCI 

Penanggung jawab ajaran Perguruan Wali Suci Indonesia adalah Haji Andi Bahtiar Polewali yang juga merupakan pendiri Perguruan Wali Suci Indonesia.  Guru di Perguruan Wali Suci terdiri dari seorang Maha Guru yaitu Haji Andi Bahtiar Polewali serta beberapa Guru Muda. Para Guru Muda diangkat oleh Maha Guru setelah melalui proses tetentu.


(Dikutip dari : "Buku Pedoman Pelatihan dan Penamatan PS.Wali Suci Indonesia", Bogor 1999)

Minggu, 04 Desember 2011

SELAYANG PANDANG PERGURUAN WALI SUCI INDONESIA



Maha Guru Haji Andi Bahtiar Polewali
Perguruan Seni Beladiri Wali Suci Indonesia didirikan oleh Haji Andi Bahtiar Polewali  pada tanggal 12 Pebruari 1960 di Desa Kebon Kapas, Bengkalis, Kepulauan Riau. Pada saat itu usia Maha Guru 25 tahun, dimana setelah mengalami proses yang cukup panjang, maka didirikanlah Perguruan Wali Suci tersebut.
Pada aawalnya ilmu Wali Suci ini hanya dikenal sebagai Ilmu Pertahanan yang menggunakan Tenaga Dalam/Pernafasan Sejati, yang selanjutnya dalam perkembangnnya dikenal dengan Ilmu Simpanan Tradisional.
Perguruan Wali Suci dapat sambutan dari berbagai kalangan masyarakat, dimana saat itu ilmu semacam Wali Suci ini belum ada yang ditonjolkan secara umum, walaupun diakui masih banyak ilmu warisan nenek-moyang kita yang merupakan ilmu simpanan yang hebat dan tidak dapat disebarluaskan, oleh karena sesuatu hal terutama dengan alasan terikat oleh tradisi kerokhanian.
Selanjutnya Perguruan Seni Beladiri Wali Suci semakin berkembang, terutama di daerah Riau Kapulauan, Riau Daratan yaitu Bengkalis, Selat Panjang, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Tanjung Batu(Sungai Besi), Moro Sulet, Pulau Dani, dan lain-lain, yang akhirnya berkembang ke seluruh tanah air Indonesia, bahkan berkembang ke luar negeri.


PENGERTIAN WALI SUCI

Wali Suci mempunyai pengertian sebagai berikut :
Wali : artinya wakil dari kita
Suci : artinya jiwa yang bersih dan jujur
WALI SUCI adalah kita selalu bersikap jujur dengan keluhuran jiwa yang tinggi.


(Dikutip dari : "Buku Pedoman Pelatihan dan Penamatan PS.Wali Suci Indonesia", Bogor 1999)

Jumat, 02 Desember 2011

Trisula

FILOSOFI PERGURUAN WALI SUCI INDONESIA 
SEBAGAI BAGIAN DARI SENI BUDAYA 
BELADIRI PENCAK SILAT 

Sebagaimana tercantum di dalam makna filosofis dari orientasi Pencak Silat yang tertera dalam suatu kesatuan empat rupa catur tunggal  yang tercermin pada simbol senjata trisula, bahwa Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) senantiasa mengembangkan Pencak Silat  guna membentuk budi pekerti luhur atau aspek mental dan spiritual ditandai pada bentuk gagang trisula. Simbol pada ujung pertama mata trisula sebagai seni,  Simbol pada ujung tengah mata trisula sebagai aspek olah raga dan simbol ujung ketiga dari mata trisula bermakna pada aspek beladiri.

Uraian dari pada simbolisasi dari falsafah Pencak Silat di atas, bila di terjemahkan pada Perguruan Silat Wali Suci Indonesia, bahwa makna :

a.      Simbol mental dan spiritual mengandung berbagai keterkaitan erat dengan prosesi pembinaan aspek metafisika, sebagai dasar pembentukan budi pekerti menuju pada pembersihan rohani. Bila batin seseorang menjadi bersih maka ia akan bijaksana dalam memandang alam dan kehidupan ini, tentunya aspek  duniawi  dan  aspek  spiritual  (hubungan  dengan Tuhan) harus seimbang.

b.    Simbol olah raga sebagai makna filosofis IPSI dalam Perguruan Seni Budaya Beladiri Pencak Silat Wali Suci Indonesia adalah adanya pengajaran dan pembinaan gerakan-gerakan fisik yang membangkitkan kinerja tubuh menjadi sehat dan tetap segar dan bugar, sebagaimana  terdapat di berbagai aliran perguruan bela diri lainnya (Pencak Silat, Karate, Judo, Taekwondo dan lain sebagainya).

c.     Simbol seni dalam Perguruan Seni Budaya Beladiri Pencak Silat Wali Suci Indonesia terlihat dari gerakan-gerakan silatnya yang membentuk sebuah gerakan estetika (seni), yakni jurus Palapas sebagai jurus dasar dan Bintang Lima sebagai jurus pengembangan, kesemua jurus tersebut sekaligus dapat membangkitkan seni pembelaan diri. Di samping itu juga diajarkan ilmu seni pernafasan sebagai rangkaian keterkaitan dengan gerakan estetika di atas dan pengaturan nafas secara tertib guna menumbuhkan kekuatan spiritual serta melengkapi perbendaharaan pemahaman tentang beberapa sisi medis yang dikandung oleh sistem pernafasan. dari keseluruhan aspek olah raga.

d.    Simbol beladiri dari makna filososfis IPSI dalam Perguruan Seni Budaya Beladiri Pencak Silat Wali Suci Indonesia, adalah keterkaitan antara berbagai komponen dasar pencak silat yang mengutamakan pembelaan diri dan penjagaan diri dari serangan musuh. Di dalam tradisi Perguruan Seni Budaya Beladiri Pencak Silat Wali Suci Indonesia dikembangkan sikap kerendahan diri, sebagai kaitan pembentukan aspek mental dan spritiual, sehingga dengan cara ini seorang anggota mampu memberikan pembelaan diri terhadap serangan musuh yang ingin mencelakakan. Disamping itu juga tradisi pembelaan diri dimaknai sebagai sebuah pembelaan terhadap kebenaran dan kejujuran  (diri yang bersih).